Minggu, 25 November 2007

PULAU PANJANG




Pulau Panjang (http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Panjang) pulau yang memiliki tanah datar yang memanjang , tidak ada bukit atau gunung sebagai pancangnya. Namun pulau ini termasuk banyak dihuni. Aku membayangkan bagaimana bila terjadi tsunami, mau lari kemana ?, kearah perbukitan ? bukitpun tak ada.
Begitu menginjakkan kaki di pulau kecil ini aku merasa lega setelah menyeberang dengan perahu kecil dalam waktu yang relative singkat (+ 20 menit), karena sempat anakku yang kecil menangis takut ombak.
Tidak seperti yang aku bayangkan sebelumnya, ternyata pulau ini cukup ramai, banyak penduduknya, banyak warung – warung kecil bahkan ada toko kelontong yang lumayan lengkap. Rumah – rumahnyapun cukup bagus – bagus berlantaikan keramik.
Pukul 12.00 wib kami mendarat di pulau ini , cuaca sangat panas waktu itu, Alhamdulillah teman kami yang membawa bayinya berumur enam bulan tidak rewel. Segera kami mencari masjid untuk melaksanakan sholat Dhuhur . Syukurlah tak jauh dari dermaga ada mushola kecil, Cuma keadaannya cukup memprihatinkan, di halamannya banyak kotoran kambing, berdebu dan airnya agak susah.Namun cukup lumayanlah untuk melaksanakan sholat.Diteras mushola tersebut kami bisa beristirahat dan makan. Setelah merasa cukup istirahat barulah kami mencari tempat yang nyaman untuk tujuan utama kami yaitu MANCING (http://id.wikipedia.org/wiki/Mancing) . Maklumlah suami kami orang – orang yang punya hobi mancing . Jadi kami para ibu dan anak – anak ngikut aja sembari refresing di hari libur atau sekedar piknik bareng dan ngumpul sama keluarga dalam suasana yang lain dengan biaya yang cukup murah dan alami :-) dan dengan salah satu cara ini pula kami menjaga agar hubungan kami tetap harmonis dan romantis.
Agak susah juga kami mencari tempat yang enak, pinggiran laut disini masih banyak rawa – rawa dengan tumbuhan bakau. Kalau laut sedang pasang , airnya sampai kedaratan. Untunglah ada bangungan besar bekas pabrik ikan asin yang sepertinya sudah bangkrut dan bangunannya rusak diterjang ombak. Masih terlihat sisa – sisa bangunan kamar kecil yang tinggal closet dan sedikit lantai keramik, namun atap bangunan ini masih utuh, mesin – mesin pemasaknya masih tersimpan digudang, dan tungku – tungku masaknya masih kokoh. Disinilah kami menggelar tikar untuk bersantai bersama anak – anak sambil menunggu para bapak mancing ikan, kali aja dapat biar dibakar buat makan sore.
Duduk dipinggiran laut ini terlihat pabrik – pabrik dipinggiran laut Bojonegara diseberang sana, karena jaraknya tidak jauh pulau ini pun terlihat dari pantai Bojonegara.Di pulau ini sekolah hanya ada SD saja, bagi penduduknya yang ingin melanjutkan ke sekolah lanjutan harus keluar pulau.Tenaga pengajar nya pun banyak yang dari pulau tetangganya. Para guru tiap hari ikut perahu pagi waktu berangkat ngajar dan ikut perahu siang untuk pulang, seperti kita naik angkot saja.Sepertinya asik juga jadi tenaga pengajar disana, namun bagaimana kalau ombak lagi besar?
Sayangnya kami tak sempat menyewa ojek untuk keliling pulau, kami kesiangan dari rumah tadi, beginilah kalau pergi dadakan tanpa rencana, kami hanya duduk – duduk dan sedikit jalan – jalan melihat industri rumahan ikan asin teri nasi kualitas ekspor dan tak terasa hari sudah sore.
Perahu penyaberangan terakhir sudah hampir berangkat, awak perahu telah memberi kode kepada kami agar bersiap – siap untuk kembali sore ini jika tak mau ketinggalan perahu terakhir dan harus kembali besok. Kami segera bersiap – siap meski hanya beberapa ekor ikan yang kami dapat. Pulau panjang seperti mengatakan agar kami kembali lagi kapan – kapan.
Cukup penuh juga perahu terakhir ini, ada beberapa anak sekolah yang harus kembali sekolah besok setelah berlibur dirumah.
Kami tiba di pelabuhan cikubang Bojonegara pukul 16.30 wib dengan membawa banyak pelajaran tentang kehidupan.
Terimakasih kepada para nakhoda dan nelayan yang ramah menerima kami.

Minggu, 11 November 2007

SENJA DI PELABUHAN PAKU

Sudah beberapa kali aku mengunjungi Pelabuhan Paku, namun terasa biasa saja. Berbeda dengan kali ini seperti tidak biasa. Kampung nelayan yang lumayan bersih, rapi dibandingkan dengan kampung – kampung nelayan lain yang pernah aku kunjungi .
Pelabuhan Paku, pelabuhan tempat penyeberangan perahu – perahu kecil nelayan juga penumpang bahkan barang – barang menuju pulau SIBESI, sore itu tampak begitu indah. Dihiasi matahari yang hampir tenggelam dibelahan bumi Anyer untuk terbit dibelahan bumi yang lain untuk kaum yang lain. Muara sungai yang kelihatan bening airnya dengan perahu – perahu kecil yang tertambat di pinggirnya semakin menambah indah pemandangan . Satu kapal besar yang sedang bersandar (seperti milik perusahaan kayu lapis yang bertetanggaan dengan pelabuhan paku) mulai menyalakan lampu – lampunya, jika malam nampak seperti kunang – kunang besar ditengah lautan.
Saat aku sampai di pelabuhan sore tadi baru saja ada perahu dari pulau Sibesi bersandar menurunkan penumpang dan kayu – kayu kelapa hasil bumi pulau itu.
Meski hari mulai senja , masih banyak juga orang – orang yang hobi mancing tekun dengan kailnya. Dan anak – anak mudapun tak mau ketinggalan menikmati indahnya senja di pelabuhan Paku, maklumlah karena bertepatan hari libur. Keluarga muda dengan anaknya yang hanya sekedar nyuapin anaknya sambil melihat – lihat orang mancing terlihat ceria. Rupanya mereka warga dekat pelabuhan Paku. Bahkan tukang Mie Ayam dan Bakso pun tak menyia – nyiakan kesempatan untuk menyambut rejeki disitu. Subhanallah sungguh indah ciptaanMu.
Pelabuhan Paku selayang pandang dengan laut lepas terlihat jauh pulau SHANGIANG yang kabarnya begitu indah. Tak terbayangkan olehku seperti apa indahnya, membuatku ingin mengunjunginya.
Melihat perahu – perahu penyeberangan di pelabuhan Paku, ingin rasanya aku menyeberang ke pulau Sibesi. Namun mengingat jarak tempuh selama empat jam di laut lepas dengan perahu kecil membawa anak – anak membuatku memikirkan kembali keinginan itu. Apalagi aku tak dapat berenang dan takut air. Namun aku suka melihat laut. Entah kenapa ? Yang jelas setiap melihat laut , sepertinya begitu nyata aku melihat kebesaran Allah Swt. Aku selalu terkagum – kagum setiap melihat laut dan kehidupan didalamnya. Sebaliknya aku begitu sedih melihat kehidupan disekitarnya.Lingkungan nelayan, kampung nelayan, aku berharap akan lebih baik kedepannya.
Seperti telah aku utarakan tadi, pelabuhan Paku tidaklah seperti pelabuhan – pelabuhan yang lain. Disini lebih terawatt, kampungnya termasuk bersih, ada masjid kecil didekat situ. Saat waktu Maghrib aku, suami dan anak – anak masih disini, sebab Allah sedang member hikmah kepada kami. Ban belakang kendaraan kami bocor, jadi kami harus bersabar menunggu sampai ban itu selesai diperbaiki. Inilah hikmahnya, aku jadi dapat melihat laebih lama suasana pelabuhan Paku. Masjid kecil itu diwaktu shoat maghrib didirikan, jamaahnya lumayan ramai, Alhamdulillah ini masih terjadi.
Masih disepanjang pantai pelabuhan Paku, sekitar jarak 100 m dari pelabuhan kekiri, atau tepatnya pas pintu masuk pelabuhan belok kiri, banyak tumbuh pohon nyiur. Apabila waktu masih memungkinkan ingin rasanya kami memasang tenda disitu sembari memandang ombak dan bercanda dengan keluarga, namun saying kami terlalu lama di pantai pasir putih tadi dan anak – anak telah berenang disana. Tak mengapa, InsyaAllah kami akan kembali.
Pelabuhan Paku sore itu tidak membuat kecewa, meskipun kail kami tak seekor ikanpun mau menyentuhnya, namun pemandangannya cukup membuat kami puas sampai anak – anak tertidur dijalan dan sikecil ngompol dijalanan.

Pelabuhan Paku, see you again, kapan – kapan.

Dari Umi kupersembahkan untuk anak –anakku,
Semoga kalian suka membaca dan menulis.

28 Oktober 2007
16 Syawal 1428

Senin, 29 Oktober 2007

Intro my blog

Alhamdulillah

Mulai hari ini aku punya media untuk berbagi cerita dari perjalanan-perjalanan yang telah aku lalui bersama keluarga Sova.

Kenapa nama blognya musafir ceria? karena kami berusaha untuk selalu ceria dan berfikir positif dalam menghadapi segala perjalanan,sekalipun perjalanan hidup hehehe.

Semoga kehadiran blog ini menambah warna dari blog-blog yang telah ada dan bermanfaat untuk semuanya.
Amiin