Minggu, 11 November 2007

SENJA DI PELABUHAN PAKU

Sudah beberapa kali aku mengunjungi Pelabuhan Paku, namun terasa biasa saja. Berbeda dengan kali ini seperti tidak biasa. Kampung nelayan yang lumayan bersih, rapi dibandingkan dengan kampung – kampung nelayan lain yang pernah aku kunjungi .
Pelabuhan Paku, pelabuhan tempat penyeberangan perahu – perahu kecil nelayan juga penumpang bahkan barang – barang menuju pulau SIBESI, sore itu tampak begitu indah. Dihiasi matahari yang hampir tenggelam dibelahan bumi Anyer untuk terbit dibelahan bumi yang lain untuk kaum yang lain. Muara sungai yang kelihatan bening airnya dengan perahu – perahu kecil yang tertambat di pinggirnya semakin menambah indah pemandangan . Satu kapal besar yang sedang bersandar (seperti milik perusahaan kayu lapis yang bertetanggaan dengan pelabuhan paku) mulai menyalakan lampu – lampunya, jika malam nampak seperti kunang – kunang besar ditengah lautan.
Saat aku sampai di pelabuhan sore tadi baru saja ada perahu dari pulau Sibesi bersandar menurunkan penumpang dan kayu – kayu kelapa hasil bumi pulau itu.
Meski hari mulai senja , masih banyak juga orang – orang yang hobi mancing tekun dengan kailnya. Dan anak – anak mudapun tak mau ketinggalan menikmati indahnya senja di pelabuhan Paku, maklumlah karena bertepatan hari libur. Keluarga muda dengan anaknya yang hanya sekedar nyuapin anaknya sambil melihat – lihat orang mancing terlihat ceria. Rupanya mereka warga dekat pelabuhan Paku. Bahkan tukang Mie Ayam dan Bakso pun tak menyia – nyiakan kesempatan untuk menyambut rejeki disitu. Subhanallah sungguh indah ciptaanMu.
Pelabuhan Paku selayang pandang dengan laut lepas terlihat jauh pulau SHANGIANG yang kabarnya begitu indah. Tak terbayangkan olehku seperti apa indahnya, membuatku ingin mengunjunginya.
Melihat perahu – perahu penyeberangan di pelabuhan Paku, ingin rasanya aku menyeberang ke pulau Sibesi. Namun mengingat jarak tempuh selama empat jam di laut lepas dengan perahu kecil membawa anak – anak membuatku memikirkan kembali keinginan itu. Apalagi aku tak dapat berenang dan takut air. Namun aku suka melihat laut. Entah kenapa ? Yang jelas setiap melihat laut , sepertinya begitu nyata aku melihat kebesaran Allah Swt. Aku selalu terkagum – kagum setiap melihat laut dan kehidupan didalamnya. Sebaliknya aku begitu sedih melihat kehidupan disekitarnya.Lingkungan nelayan, kampung nelayan, aku berharap akan lebih baik kedepannya.
Seperti telah aku utarakan tadi, pelabuhan Paku tidaklah seperti pelabuhan – pelabuhan yang lain. Disini lebih terawatt, kampungnya termasuk bersih, ada masjid kecil didekat situ. Saat waktu Maghrib aku, suami dan anak – anak masih disini, sebab Allah sedang member hikmah kepada kami. Ban belakang kendaraan kami bocor, jadi kami harus bersabar menunggu sampai ban itu selesai diperbaiki. Inilah hikmahnya, aku jadi dapat melihat laebih lama suasana pelabuhan Paku. Masjid kecil itu diwaktu shoat maghrib didirikan, jamaahnya lumayan ramai, Alhamdulillah ini masih terjadi.
Masih disepanjang pantai pelabuhan Paku, sekitar jarak 100 m dari pelabuhan kekiri, atau tepatnya pas pintu masuk pelabuhan belok kiri, banyak tumbuh pohon nyiur. Apabila waktu masih memungkinkan ingin rasanya kami memasang tenda disitu sembari memandang ombak dan bercanda dengan keluarga, namun saying kami terlalu lama di pantai pasir putih tadi dan anak – anak telah berenang disana. Tak mengapa, InsyaAllah kami akan kembali.
Pelabuhan Paku sore itu tidak membuat kecewa, meskipun kail kami tak seekor ikanpun mau menyentuhnya, namun pemandangannya cukup membuat kami puas sampai anak – anak tertidur dijalan dan sikecil ngompol dijalanan.

Pelabuhan Paku, see you again, kapan – kapan.

Dari Umi kupersembahkan untuk anak –anakku,
Semoga kalian suka membaca dan menulis.

28 Oktober 2007
16 Syawal 1428

Tidak ada komentar: